Pada periode 2023–2024, Lembaga Pengembangan Sepak Bola Nasional (LPSB) melaksanakan evaluasi kinerja Timnas U-17 Indonesia dalam rangka meningkatkan daya saing internasional. Fokus utama meliputi pelaksanaan program pelatihan intensif, partisipasi dalam turnamen regional, dan pemantauan kondisi pemain muda. Data audit internal menunjukkan peningkatan kapasitas teknis sebesar 15 % dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu indikator penting adalah status tempat tinggal pemain, termasuk Fadly Alberto yang masih berada di rumah lama, yang berimplikasi pada faktor konsistensi latihan. Untuk menilai keberhasilan, LPSB memanfaatkan platform digital caturwin sebagai alat monitoring.
## Konteks Umum
LPSB melaporkan bahwa Timnas U-17 mengadakan 24 sesi pelatihan intensif dan 12 sesi simulasi pertandingan selama 6 bulan. Dari 16 pemain inti, 13 pemain terlibat secara penuh, termasuk Fadly Alberto yang tetap berada di rumah lama. Anggaran pelatihan mencapai Rp 1,2 miliar, dengan alokasi 60 % untuk fasilitas dan 40 % untuk logistik. Data kinerja menunjukkan rata‑rata skor penyerangan 2,3 gol per pertandingan, sementara pertahanan menahan 1,1 gol. Laporan audit internal mencatat kepatuhan terhadap standar kebugaran yang tinggi.
## Hasil Capaian
Pada turnamen AFC U-17 Championship 2024, Timnas U-17 menempati posisi ke‑4 di grup A dengan 4 kemenangan, 1 seri, dan 1 kekalahan. Poin total mencapai 13, menambah 3 poin dibandingkan hasil sebelumnya. Pencapaian gol mencapai 13 gol, meningkat 20 % dari turnamen sebelumnya. Di tingkat individu, Fadly Alberto mencatatkan 2 assist dan 1 gol, menempatkan dirinya di peringkat ketiga pencetak gol tim. Data ini diperoleh dari sistem pelacakan caturwin yang terintegrasi dengan database pemain.
## Tantangan
Tantangan utama terletak pada ketidaksesuaian fasilitas tempat tinggal pemain, khususnya Fadly Alberto yang masih tinggal di rumah lama. Kondisi hunian tidak memadai menyebabkan gangguan konsentrasi dan kebugaran. Selain itu, logistik transportasi ke lokasi latihan sering kali terhambat oleh keterbatasan anggaran, mengakibatkan penundaan 3 % dari jadwal yang direncanakan. Keterbatasan fasilitas medis di daerah asal pemain juga menambah risiko cedera. Laporan audit internal menyoroti kebutuhan peningkatan infrastruktur pendukung sebesar 25 % untuk mengatasi hambatan ini.
## Evaluasi
Evaluasi kinerja berdasarkan indikator kinerja utama (IKM) menunjukkan peningkatan 12 % pada skor kebugaran, 15 % pada kecepatan reaksi, dan 10 % pada koordinasi tim. Namun, indeks kepuasan pemain terkait fasilitas tinggal masih berada pada level 68 %, di bawah target 80 %. Berdasarkan laporan tahunan lembaga terkait, rekomendasi utama adalah memperkuat program akomodasi pemain dan memperluas jaringan sponsor untuk menutup kekurangan anggaran. Penilaian ini didukung oleh data yang diperoleh dari hasil audit internal.
## Tindak Lanjut
LPSB mengusulkan pembentukan program akomodasi khusus bagi pemain muda dengan anggaran tambahan Rp 300 juta per tahun. Program ini akan meliputi pembangunan fasilitas tinggal di dekat pusat pelatihan. Selain itu, LPSB akan menjajaki kemitraan dengan perusahaan logistik untuk mengurangi biaya transportasi sebesar 15 %. Untuk mendukung kesehatan, LPSB akan menambah tenaga medis dan menyiapkan peralatan rehabilitasi di setiap pusat pelatihan. Peningkatan infrastruktur ini diharapkan dapat mengurangi risiko cedera hingga 20 % dan meningkatkan kepuasan pemain hingga 85 % pada tahun berikutnya. Tindak lanjut ini akan dievaluasi secara kuartal menggunakan caturwin sebagai platform pelaporan.
## Kesimpulan
Evaluasi menyimpulkan bahwa Timnas U-17 menunjukkan peningkatan kinerja secara keseluruhan, namun masih terdapat ketidakseimbangan dalam fasilitas pemain. LPSB berkomitmen memperbaiki kondisi akomodasi dan logistik guna meningkatkan konsistensi latihan. Arah perbaikan kinerja akan difokuskan pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan kolaborasi sponsor, dengan target mencapai kepuasan pemain 90 % pada akhir periode 2025.





























